FAMILY BLOG : Last trip on March 2013: Singapore....Legoland.....Phuket....Apa yang menarik di Phuket?......Hemmm...Pernah dengar JAMES BOND ISLAND? atau PHI-PHI ISLAND ?...!....

Minggu, 29 Maret 2009

Kampung SAMPIREUN



Happy Holidays....





Together STRONGER..





Great Vacation on Sampireun...






Our Family beside Sampireun



Kampung Sampireun sendiri diambil dari nama Situ (Danau) Sampireun (dalam bahasa Indonesia berarti Tempat Singgah) . Danau ini memiliki sumber mata air yang cukup besar yang masih dimanfaatkan oleh masyarakat setempat untuk mengairi sawah-sawah. Di salah satu sudut masih dipertahankan kebun bambu yang menambah nuansa sejuk dan tenang dengan suara gemerisiknya, tanaman Pinus yang rindang dan sudut-sudut lainnya ditata dengan yang asri dengan tema “Tropical Gardenlust”. Dengan temper atur yang sangat sejuk antara 12°C-18.°C, dan konsep yang unik yaitu “Back To Nature” Kampung Sampireun menjadi tempat favorit ba gi mereka yang berbulan madu dan untuk meluangkan akhir pekan bagi pribadi-pribadi yang membutuhkan istirahat dari rutinitas sehari-hari di kota besar.



Dengan dilengkapi Perahu untuk setiap bungalow maka tamu yang menginap dapat menikmati nuansa Situ Sampireun ditemani dengan ribuan Ikan Mas yang akan menemani ketika berperahu. Para tamu juga dapat menikmati acara “Calung”, yaitu kesenian tradisional yang dipentaskan setiap sore di atas rakit di tengah Situ. Dan pada malam hari para Tamu akan di “Nina Bobo-kan” oleh alunan Kecapi Suling yang dimainkan langsung oleh grup kesenian Kampung Sampireun sambil menjajakan “Sekoteng” , minuman tradisional Sunda untuk menghangatkan tubuh.

Mandi SAUNA di kawah KAMOJANG

Mandi sauna di rumah kecantikan atau hotel berbintang adalah hal yang biasa. Selain itu, hanya orang-orang berkocek tebal yang selama ini dapat menikmati fasilitas sauna di rumah kecantikan maupun hotel berbintang. Maklum, biaya untuk mandi sauna di tempat-tempat itu memang tidak murah.

Maka jika Anda ingin menikmati mandi sauna yang alami dan murah, datang saja ke kawasan Kamojang. Di sana pengunjung dapat mandi sauna secara alami di Kawah Hujan. Hangatnya uap yang menyembul dari balik bebatuan dan gemericik air patut dinikmati.
Kawasan Kamojang terletak di kaki Gunung Guntur. Secara administratif, kawasan Kamojang berada di wilayah Kabupaten Bandung. Untuk menuju kawasan ini dapat ditempuh melalui Majalaya, Kabupaten Bandung, serta Kota Garut.

Kawasan Kamojang sendiri konon memiliki legenda. Menurut pawang penunggu di Kawah Hujan, Koko, Kamojang berasal dari kata mojang yang cantik. Ceritanya, di kawasan ini pernah hidup seorang perempuan yang kecantikannya begitu kesohor di Tatar Sunda.
Legenda ini kemudian terus berkembang. Hingga kemudian kawasan ini dinamakan sebagai Kamojang. Mojang cantik itu, disebutkan Koko masih kerap menampakkan diri di kawasan ini.

Di kawasan Kamojang terdapat belasan kawah. Di antaranya Kawah Hujan, Kawah Kereta Api, Kawah Nirwana, Kawah Manuk, Kawah Cibuliran, serta Kawah Kamojang. Kawah yang paling banyak dikunjungi adalah Kawah Hujan dan Kawah Kereta Api.
Kawah Kereta Api menarik untuk dikunjungi karena bunyi kawahnya mirip suara lokomotif kereta api. Selain itu, uap yang mencuat dari permukaan tanah memiliki tekanan yang luar biasa yang mampu melontarkan benda-benda tertentu seperti gelas air m
ineral.






Abis mandi uap ya???









Senangnya...ke Kamajoang ....



Situ Cangkuang

Danau kecil atau biasa disebut dengan Situ membentang dengan bunga teratai dan eceng gondok diatasnya. Situ Cangkuang, biasanya penduduk setempat menyebut nama tersebut dan termasuk salah satu Situ yang sangat bersejarah, karena ditengahnya terdapat sebuah bangunan candi. Candi Cangkuang adalah satu-satunya candi yang dapat dipugar di daerah Jawa Barat.

Desa Cangkuang terletak disebelah utara kabupaten Garut masuk Kecamatan Leles, tepatnya berjarak 17 km dari Garut atau 46 km dari Bandung. Untuk menuju situs Cangkuang dari arah Bandung, bisa menggunakan mobil pribadi atau umum. Dari arah Bandung menuju Garut kita akan ketemu dengan kecamatan Leles, ketika sampai di Leles ada sebuah papan petunjuk yang sangat jelas yang menunjukkan posisi Candi Cangkuang. Masuk ke dalam sejauh kurang lebih 3 km, dengan jalan beraspal dapat dilalui oleh kendaraan baik roda dua maupun empat, bahkan masih dipertahankan angkutan tradisional delman ( andong ). Apabila ditempuh dengan jalan kaki memerlukan waktu kurang lebih 30 menit. Udara didaerah ini tergolong sejuk, karena terletak di ketinggian 700 m diatas permukaan air laut. Disepanjang perjalanan dari Leles ke desa Cangkuang kita akan menyaksikan indahnya sawah yang hijau, disebelah utara kita akan melihat Gunung Haruman, dan disebelah barat akan nampak Gunung Mandalawangi dan Gunung Guntur yang menjulang tinggi.

Gerbang yang tidak terlalu besar akan menyambut kehadiran para pengunjung, bahkan lokasi parkir bagi para pengunjung hanya muat untuk 3 mobil ukuran kecil sejenis sedan dan minibus. Untuk bus besar bisa diparkir ditepi jalan desa. Sejenak kita bisa beristirahat ditepi situ, sambil menikmati makanan kecil yang sudah kita bawa. Teduh rasanya memandangi air situ yang bening kehijauan dan udara yang sejuk. Untuk mencapai Candi Cangkuang kita harus menyeberangi situ, kurang lebih berjarak 500 meter dari tempat gerbang masuk. Rakit dari bambu siap mengantarkan kita dengan ongkos 50,000 per rakit, dimana satu rakit kapasitas maksimalnya 25 orang. Kurang lebih setelah 10 menit berada diatas rakit, sampailah kita dilokasi Candi Cangkuang. Memasuki areal candi setiap orang dikenakan biaya restribusi sebesar Rp 1000,- yang digunakan untuk pemeliharaan candi tersebut. Pagi hari rasanya lebih indah ketika kita mengunjungi candi tersebut, karena selain candi tersebut terletak ditanah yang paling tinggi diantara bangunan-bangunan lain ditempat itu, kabut pagi yang menyembul diantara pohon-pohon besar di sekitar candi menambah kesan angker candi, namun hal itu justru menambah pesona tersendiri dari Candi Cangkuang.

Lebih unik lagi disamping Candi cangkuang terdapat sebuah pemukiman yang dinamakan dengan Kampung Pulo. Sebuah kampung kecil yang terdiri dari enam buah rumah dan kepala keluarga. Ketentuan ini harus ditepati, dan sudah merupakan ketentuan adat kalau jumlah rumah dan kepala keluarga itu harus enam. Oleh karena itu bagi Kampung Pulo Desa Cangkuang sukar atau relatif lama untuk berkembang, baik rumahnya atau penduduknya dari keenam kepala keluarga tersebut. Sebagian besar dari penduduk Kampung Pulo tersebut bermata pencaharian petani dengan tanah sendiri, dan sebagian lagi sebagai petani penggarap tanah orang lain. Penduduk yang menempati kampung ini merupakan penduduk keturunan ke tujuh dari Eyang Dalem Arif Muhammad. Karena uniknya tempat ini, baik dari sejarah maupun lokasinya, membuat daya tarik tersendiri buat wisatawan baik domestik maupun luar negeri untuk mengunjungi tempat ini. Menurut petugas, "tiap hari selalu ada wisatawan asing yang berkunjung kesisni, belum lagi diakhir minggu biasanya banyak dikunjungi oleh anak-anak sekolah untuk memperdalam pengetahuan sejarah.

Cangkuang lake is surrounded by spectacular scenery and offering some of West Java’s most breathtaking vistas.

The shallow lake is covered by beautiful lotus flowers. There is a small island in the middle of the lake in which a Cangkuang temple exists. Just only Hindu’s temple which was ever found in West Java. It constituted an important discovery in ancient times.

Take your cue from the beautiful Cangkuang lakes. Really relax. Go with the flow. Let past and present blend into the perfect vacation.